Kamis, 24 Januari 2019

DALAM BAYANGAN TUHAN : PENTAS PRODUKSI SASTRA INDONESIA UGM TAHUN 2018

Selamat  menyaksikan!
Tirai terbuka perlahan, lampu mulai menerangi panggung, musik mulai mengiringi, dan aktor telah mengucapkan kata pertama dari sebuah naskah yang dipentaskan. Saya akan memusatkan pandangan, pendengaran, dan pikiran ke arah panggung pertunjukkan.
Yang pertama kulihat adalah pertunjukkan, semua aktor memainkan pola gerak, intonasi suara, dan pengekspresian wajah sesuai apa yang mereka latih. Terpampang pula suguhan visual setting panggung sesuai dengan penyutradaraan. Ya, saya akan menantikan suguhan yang menarik dan menghibur tentunya, sesuai dengan ekspektasi penonton, ekspektasi saya.
Yang pertama kudengar adalah pertunjukkan, pemusik akan menguasai alat yang dipegangnya dan menghasilkan gelombang suara yang berirama untuk mendukung penonton memasuki emosi dan suasana yang ingin dibangun dalam pertunjukkan, atau malah sekadar menjadi tempelan.
Yang pertama kurasakan adalah pertunjukkan.
***
Taman Budaya Yogyakarta menjadi saksi diselenggarakannya sebuah pementasan teater tahunan dari mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UGM : Teater Kami Bercerita. Naskah yang cukup fenomenal dari Arifin C. Noer dipilih untuk pementasan tahun ini. Sebuah naskah yang perlu dibaca berulang-ulang untuk dapat dipahami, naskah yang serius, dan sarat satir. Akan tetapi, Teater Kami Bercerita membawakan sisi lain dalam menginterpretasikan naskah menjadi sebuah pementasan. Sebuah interpretasi yang unik. Naskah yang dibawakan dalam pertunjukkan yang dihelat pada Sabtu, 10 November 2018 ini adalah “Dalam Bayangan Tuhan”, sebuah naskah yang sarat akan kritik pemerintahan orde baru. Saya tidak menyangka bahwa naskah tersebut akan dibawakan secara karikatural oleh Teater Kami Bercerita, sebuah kelompok teater dari program studi Bahasa dan Sastra Indonesia UGM. Dalam pementasan teater yang disutradarai oleh Khairani Fitri Kananda, salah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia UGM angkatan 2016, dipenuhi dengan aksi-aksi karikatural. Maksud dari aksi karikatural ini divisualisasikan oleh bentuk-bentuk blocking para aktor yang memanjakan mata, setting properti yang dinamis, dan musik yang pas di telinga. Kesan saya selama menonton pertunjukkan ini hanya satu: sangat memanjakan indera. Dari sudut penonton, pementasan ini tidak akan pernah memberikan kesempatan kepada sepasang mata kita untuk berpaling dari panggung. Rona warna yang tergambar dalam tata rias, kostum, serta latar panggung benar-benar dinamis dan pas.
Screenshot_3
Hal yang paling berkesan dari semua unsur pementasan ini bagi saya adalah bentuk. Konsep penggarapan sutradara yang karikatural berhasil tervisualisasikan dalam bentuk-bentuk gerakan para aktor yang semakin didukung oleh tata rias, kostum, dan setting panggung. Permainan warna yang disajikan ranum untuk dinikmati mata. Blocking dan moving para aktor beberapa kali memaksa mulut untuk mengucapkan ujaran takjub. Beberapa bumbu jenaka yang disajikan sangat berhasil menggelakkan penonton. Sangat renyah untuk dipahami dibandingkan dengan hanya membaca naskah.
Musik yang dimainkan untuk mengiringi permainan aktor juga sangat berdinamika, meskipun ada beberapa kesalahan teknis. Dibuka dengan alunan musik ceria yang memancing perhatian penonton, saya langsung menangkap bahwa cara pembawaan pentas ini pasti akan menarik. Menurut saya, ada beberapa kelompok teater yang memainkan musik tidak cocok dengan peristiwa yang sedang dimainkan di atas panggung. Akan tetapi, dalam pementasan ini ilustrasi musiknya sangat pas : tidak terlalu kosong atau berlebihan. Musik yang ramai, dalam artian menonjolkan skill bermain, kadang kala tidak pas dengan peristiwa atau adegan yang dimainkan aktor. Begitu pula dengan musik yang sederhana, dengan pola yang itu-itu saja, juga pasti akan membuat bosan penonton. Ilustrasi musik pada pementasan teater yang baik adalah yang pas dan sesuai dengan nuansa adegan. Dinamika para pemusik dalam pementasan ini dapat dirasakan dengan perubahan aransemen pada lagu tema drama ini dan repetisi beberapa lagu. Menarik.
Tata cahaya pementasan ini juga sempat membuat kekaguman dalam diri saya muncul, terutama permainan lampion. Permainan lampion membuat panggung tidak menjadi kosong dan sangat enak untuk dipandangi. Beberapa momen adegan pun ada yang berhasil mengena di hati saya berkat permainan tata cahaya pementasan tersebut. Contohnya adalah ketika adegan Sandek dan Direktur Utama sedang makan siang di kantor Direktur Utama dan bagian akhir cerita ketika Sandek berada di tengah panggung, di kelilingi para aktor lain. Sangat pas. Akan tetapi, permainan lampu dalam pementasan ini tidak sedinamis dibandingkan unsur pementasan lainnya.
Meskipun pementasan ini secara keseluruhan cukup baik, namun terdapat beberapa kekurangan. Terutama permasalahan keaktoran : artikulasi dan emosi. Menurut saya, selama pementasan berlangsung kurang ada satu adegan yang memuncak dan menguras emosi. Sebetulnya, ada beberapa adegan yang berpotensi seperti itu. Misalnya, adegan ketika Sandek lumpuh dan bisu kemudian tiba-tiba ia bisa berdiri dan berbicara. Selain itu, bagian Sandek berbicara ketika ditahan oleh Polisi dan menanggapi omongan tetangga, dan beberapa adegan Sandek dengan Oni. Menurut saya beberapa adegan tersebut kurang memainkan emosi penonton secara maksimal. Ada satu hal lagi, pada bagian akhir cerita ketika sudah memasuki permainan senter, ada sedikit kesalahan teknis. Hal itu cukup mengganggu karena ada salah satu senter yang menyala. Tetapi, secara keseluruhan, pementasan “Dalam Bayangan Tuhan” cukup baik, menghibur, dan memanjakan indera. Karikatural berhasil divisualisasikan sehingga interpretasi penonton mengenai naskah tersebut bisa bertambah luas.

Saya Aditya Wicaksono. Salam Budaya!
Foto : Dokumentasi Bulan Bahasa UGM 2018 dan Aric Surya Lesmana
IMG_1315 (1)IMG_1418IMG_1428IMG_1433IMG_1480IMG_1592P1260441 (1)P1260553 (1)P1260562P1260589 (1)

BLOG SAYA SUDAH KEMBALI!!

Ini agak lebay guys. Padahal sudah lama gak bisa kemari cuman gara-gara lupa email mana yang buat masuk apalagi passwordnya. Tapi puji syukur bisa kembali. Ini blog yang menemani masa remajaku yang biasa-biasa aja, ahaiydek. Oke, doakan aku ya biar konsisten menulis mengenai apapun yang aku suka, semoga berkenan di hati kalean.

Minggu, 07 September 2014

Pada Angin

Jam tujuh belum genap, embun pagi enggan beranjak dari tempat peristirahatannya
Ranting-ranting pohon bergoyang, diterpa semilir
Menggugurkan dedaunan yang tak berdosa, hempas
Ku pandangi sekitar, hanya nampak beberapa orang berlalu lalang
Tapak sepatu berbunyi senada beriringan, membawa pesan-pesan batin yang tak terukur
Ku lihat, paras pemimpi-pemimpi gagah dan tangguh terpancar
Ku sempatkan memutar rekaman, hanya beberapa bulan sebelum saat ini
Dan kuresapi, tiap-tiap detik. Aku bermimpi
Aku pernah bermimpi, atau mungkin masih bermimpi
Atau, jejakku masih belum berpijak di bumi
Pada angin, ingin ku sampaikan
Aku benar-benar bangga
Padamu  pula aku sampaikan, untuk setia menjaga hati rapuhku ini
Untuk tetap setia menjaga asa, menjaga dari sayatan-sayatan belati kehidupan
Aku hanya seonggok tulang-belulang
Tanpa mu aku maya
Padamu, angin-angin bersahaja, temani daku meraih cita


(1 September 2014, Aku bangga menjadi bagian pejuang mimpi-mimpi besar di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.)

Sabtu, 17 Mei 2014

Refleksi Bulan Mei (Introspeksi diri part 1)

Selamat tengah malem menjelang subuh...

Sambil menunggu sang fajar bangun dari tidurnya, saya akan nulis blog setelah lama ndak nulis akibat sibuk memikirkan ketidakpastian.. ya, beberapa bulan ke depan bakal jadi anak kuliahan. ya gini nih, bingung mau ngapain. berhubung saya orangnya introvert, jadi bisanya cuman nulis. bahkan, kegiatan saya nulis di blog saya sendiri pun ada juga yang ngecibir, oke cibiran anda emang sih saya dengar (dan saya baca) tapi gak sedikit pun saya pikirin, haha tenang aja.

oke back to the topic

Hidup. ada beberapa pertanyaan abadi yang bakal saya tanya-tanyakan pada pikiran saya, Apa maksud dan tujuan hidup? sempet terbesit juga pertanyaan-pertanyaan gak jelas, seperti "Kenapa manusia hidup?" "Kenapa manusia memiliki sifat yang berbeda-beda?" "Kenapa manusia pengen ini itu dan punya cita-cita?" "Kenapa manusia bisa ngayal?" "Kenapa manusia harus sekolah,kerja dan cari duit?" "Kenapa manusia kawin?" "Kenapa manusia makan,minum,tidur,bernafas?" dll. secara garis besarnya "Kenapa diciptakan sandiwara dan drama ini, yang bernama kehidupan?" dan beberapa pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh diri sendiri dan Tuhan.

hal itu muncul karena dipicu oleh berbagai spekulasi, tentang kehidupan sekitar,pengalaman, dan kemauan diri sendiri. yang aku bingungin ya, kenapa keinginan kita itu semuanya kagak ada yang terkabul dengan mudah? hahaha ngimpi banget kan..lo pikir ini dunia doraemon!! *ngomongsmdirisendiri..

Apa ini ya maksud dan tujuan hidup? harus berusaha mendapatkan keinginan kita. tapi ak pernah denger dari guru sd gw, (*say hello to MI Islamiyah..) bahwa tujuan diciptakanya manusia adalah untuk menyembah Allah SWT... tapi kenapa semua kok melenceng??! kalau begitu mengapa diciptakan manusia dengan agama dan kepercayaan pd tuhan yg berbeda-beda? kenapa? whaiy....eh why??


Pernah sih ngayal, andaikan nabi Adam dulu gak bego-bego amat..gak nurutin apa maunya setan makan buah Khuldi yang dilaknat itu. pasti deh kita-kita para homo sapiens bakal enak hidup di surga...minta ini itu kesampaian yakan? kayak punya kantong ajaib dan jin yg di aladin itu tuh. oh my I can't imagine that!! (serius merinding ngebayanginya). tapi apa mau dikata...takdir berkata lain..eh Tapi cerita nabi Adam bener kan ya? apa cuma di Islam aja diberitahu?  Ya inti dari cerita Adam itu yakni, jangan gampang terprovokasi sama omongan orang..palagi orang-orang yang gak penting, yang sok tau ini itu belagak bener dan sok kenal kita padahal gak kenal.

sebenarnya hidup ini mudah kok.. asalkan otak kita gak ngebuatnya njelimet, yg ngebuat berat dan nyusahin kita itu cuma otak kita...benda mati yg lembek berwarna merah muda keputih-putihan yang beratnya gak sampe 2 ons yang berperan paling besar yang ngebuat kita susah jalanin hidup, ngebuat stress dan perasaan gak mengenakan lainya...

hidup ya hidup, gak bisa diartikan. meskipun ada beberapa orang yg mengartikan hidup itu proses, anugerah, kompetisi dll.. tpi hidup ya hidup gak bisa diartikan.

kalau bicara proses, ada tuh proses hidup. suatu rentang dimana kita menjalani kehidupan. pastilah kita semua pada mengharapkan proses mulus semulus paha cabe-cabean. tapi kadang proses itu susah... ya sih bener sih gampang kalau baca artikel motivasi, apalagi ndengerin dongeng minggu malemnya Mario Teguh yg ngebikin kita bersugesti dengan yakin bahwa aku bisa jadi pribadi baik, aku bisa menjalani rintagan hidup, aku bisa..aku bisa..aku bisa...tapi beberapa jam setelah acara itu selesai dan ada masalah...langsung deh bubar barisan motivasi dan keyakinan "aku bisa" itu.....intinya meng-implementasikan motivasi  dalam kehidupan nyata itu susah....banget...kebangetan susahnya... yaudah deh sesusah apapun ya tetep harus dijalanin, dinikmatin ae lah...

oke untuk menutup refleksi, akan ada quote...cukup ngena sih..

" Belajarlah untuk hidup susah, karena untuk hidup mudah itu gak perlu belajar, semua orang pasti bisa "


oke sekian, maaf kalau ada salah...




Minggu, 20 April 2014

Sajak Minggu Malam

Ragaku tak sedang harmonis dengan jiwaku sekarang.
Mereka berada di dimensi berbeda.
Entah apa yang membuat mereka tak akur saat ini.
Hati bisa menjawabnya, karena ia jujur, tak memihak keduanya.
Hatiku membisik, Oh ternyata itu sebabnya.
Sebuah peristiwa di tanah surga, matahari bangun lima kali, menjual gamelan untuk membeli dupa.
Penuh emosi.
Tapi semua berlalu, aku tak sengaja membawa buah kehidupan
Rasanya manis, lebih nikmat.

Selasa, 08 April 2014

Pro, Kontra, Tips, Sharing Ujian Nasional (UN)






Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera..
H-6 Ujian Nasional untuk seluruh siswa SMA/MA seluruh Indonesia. Bagaimana perasaan anda? Kali ini saya akan membahas-bahas tentang Ujian Nasional yang sebetulnya kurang penting diterapkan sebagai standart kelulusan sekolah.
Ujian Nasional sudah lama menjadi momok bagi seluruh siswa se-Indonesia kali .UN ini bagaikan monster raksasa di bayangan kita. Bagaimana tidak, misal SMA, belajar 3 Tahun yang amat melelahkan hanya ditentukan 3 Hari untuk kelulusan. Kalau begitu kenapa nggak sekolahnya cuman 1 tahun buat bahas-bahas materi UN itu doang? Intinya UN hanya akan menjadi ‘Momok’ bagi para siswa, tidak lebih.

Saya bisa berargumen begitu karena saya sudah SMA kali ya. Sharing pengalaman, Dulu waktu SD, dibayangan saya UN (tapi dulu namanya UASBN) adalah hal yang menakutkan, amat sangat bahkan. Dengan bayang-banyang itulah membuat saya tiap hari belajar, ikut les, sekolah sampai pulang jam 3, dirumah latihan soal, berdo’a kenceng banget, sholat malam terus, pokoknya tiada hari tanpa belajar ( FYI, di SD saya termasuk golongan murid rajin,pinter,alim,heheh *abaikan) Dan dengan usaha itu akhirnya bisa mengikuti UN dengan baik dan lancar, Puji syukur dapat hasil memuaskan dan mengantarkan saya masuk ke SMPN Favorit saya sejak dulu.

Pada Masa SMP beda lagi, saya menganggap UN (waktu itu namanya UAN) adalah cara pembuktian diri. Maka dari itu saya dengan keras berjuang untuk membuktikan diri kalau saya bisa. Apalagi waktu awal masuk kelas 9, saya sudah bersemangatlah ceritanya untuk belajar, sekolah-les dari pagi sampai pulang magrhib, ikut Try Out, kemana-mana bawa buku detik-detik dan kumpulan soal. Pokoknya sudah ada semangat bergelora membara di benak saya, sudah tidak menjadikan UN sebagai momok menakutkan lagi sewaktu di SD, tapi berubah menjadi cara pembuktian diri. Dan hasilnya, memuaskan! Dengan rata-rata 9, akhirnya ‘nilai’ itu membawa saya masuk dalam SMAN favorit di kota saya.

Nah sekarang, saat SMA. Entah apa gara-gara otak saya sudah banyak terkontaminasi konten-konten dan sugesti negatif, atau gara-gara otak saya lelah melahap pelajaran-pelajaran akademik dengan sistem menghafal ini selama belasan tahun? saya menganggap UN tidak penting. Sudah tidak semangat dan tidak ‘ndredeg’, passion nya enggak ada. bukan meremehkan ya, tapi jujur dalam hati saya tidak menemukan sesuatu nan bergairah yang bisa membuat saya semangat belajar UN SMA ini. Otak saya berubah, dulu pengen les, dulu pengen beli buku latihan soal, dulu pengen dapet nilai sempurna pas UN, dulu pengen belajar terus, sekarang? Wallahu ‘alam. Hanya tuhan,orang tua dan teman-teman sekelas yang tahu. Apalagi ada Ideologi  “Belajar bukan tentang menghafal rumus dan kata-kata doang, melainkan proses hidup itu sendiri” dan “Nikmatilah hidupmu, karena hidup Cuma satu kali” ditambah saya masuk kelas IPS yang sedikit banyak ke bawa aura santainya, jadinya gini. Dan saya harap, dengan keadaan seperti itu saya tetap fokus menjalankan UN dan semoga mendapat nilai yang memuaskan, tidak sempurna tidak apa-apa yang penting Memuaskan hati saya (kira-kira  50.00 sampai 51.00 lah *amin). Saya sudah tidak mau mengharap lebih karena saya sadar usaha saya, biarkan nilai yang sempurna itu berpihak pada mereka-mereka yang masih menganggap UN sangat penting dan telah rajin belajar,les, segala macem buat ngejar target sempurna di UN. Amin.

Lalu apa sajakah Sisi Positif dan Negatif UN :

Positif : 

-     UN adalah ladang usaha para Bimbel-bimbel saat ini, tanpa UN, Bimbel bakal  tidak laku.

-      UN juga ladang usaha bagi pengumpul soal-soal UN tahun-tahun lalu, yang dijilid dan dijual lagi.

-      UN sebagai cara evaluasi efektif bagi seluruh siswa-siswi se-Indonesia, karena akibat ketidakrataan pendidikan.

-     UN adalah alasan untuk kita mau tidak mau harus mau belajar, menghafal dsb.

-      UN membuat para siswa lebih ‘Greget’ lah untuk sekolah.

Negatif :

-      UN sebagai momok, yang kerjaanya bikin stres orang

-      UN sebagai sesuatu yang gak penting bagi mereka yang sudah lelah belajar

-       UN tidak cocok untuk standart kelulusan siswa

-        UN sarana korupsi


Tips :

Pokonya jangan jadikan UN sebagai beban, dan juga jangan meremehkan, Intinya jalani saja. Tetap rileks waktu ngerjakan, jangan belajar kebut semalam, belajar ringan saja. Buat ritual peningkatan standart kemampuan otak, berdo’a pada Allah dan jangan malu-malu minta bantuan malaikat Rokhib dan Atid kalau kesusahan jawab soal, yah itu sedikit mempermudah lah. 

Dengan menyebut nama Allah, Tuhan yang maha pengasih maha penyanyang, semoga saya dan teman-teman kelas XII seluruh Indonesia lancar mengerjakan UN dengan selamat, dan keberuntungan berpihak pada kita (saya khususnya). 

Amin

Sekian

Minggu, 09 Maret 2014

Hidup : Antara Kompetisi dan Anugerah

Arti hidup adalah tentang bagaimana dirimu menikmati hidupmu itu sendiri


Hari-hari berlalu, entah kapan akan berakhir. menemukan, mencari makna dan arti sesungguhnya hidup ini memang tak mudah. terlalu banyak tekanan, intimidasi atau sistem yang membuat manusia tak bisa "bebas" menikmati anugerahnya, malah menjadi hidup adalah sebuah kompetisi. adalah hal wajar, disamping globalisasi dan modernisasi yang membuat stratifikasi menjadi lebih terbuka, dan status menjadikan segala halnya menjadi buta. 



Ada sedikit cerita, dimana ada pidato mahasiswa lulusan terbaik, di salah satu universitas di Amerika serikat, yang membuat saya cukup tercengang membacanya dan pas banget dengan kondisi saya sebagai anak kelas 12 yang penuh tekanan.

Ini dia pidatonya :

“Saya lulus. Seharusnya saya menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya adalah lulusan terbaik di kelas saya. Namun, setelah direnungkan, saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan teman-teman saya. Yang bisa saya katakan adalah kalau saya memang adalah yang terbaik dalam melakukan apa yang diperintahkan kepada saya dan juga dalam hal mengikuti sistem yang ada.

Di sini saya berdiri, dan seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini. Saya akan pergi musim dingin ini dan menuju tahap berikut yang diharapkan kepada saya, setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya telah sanggup bekerja.

Tetapi saya adalah seorang manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – bukan pekerja. Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem yang mengurung dirinya. Sekarang, saya telah berhasil menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh kepadaku secara ekstrim baik. Di saat orang lain duduk melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.

Saat anak-anak lain masuk ke kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya sendiri tidak pernah lalai mengerjakan PR saya. Saat yang lain menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya tidak membutuhkan itu. Jadi, saya penasaran, apakah benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya? Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau saya akan tersesat dalam kehidupan saya?

Saya tidak tahu apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi, karena semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan untuk belajar, dan saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus, bukan untuk belajar. Dan jujur saja, sekarang saya mulai ketakutan…….”


Hmmm… setelah membaca pidato wisudawan terbaik tadi, apa kesan anda? Menurut saya pidatonya adalah sebuah ungkapan yang jujur, tetapi menurut saya kejujuran yang “menakutkan”. Menakutkan karena selama sekolah dia hanya mengejar nilai tinggi, tetapi dia meninggalkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam bidang lain, seperti hobi, ketrampilan, soft skill, dan lain-lain. Akibatnya, setelah dia lulus dia merasa gamang, merasa takut terjun ke dunia nyata, yaitu masyarakat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi, dia sendiri tidak tahu apa yang dia inginkan di dalam hidup ini.

Tekanan yang mengharuskan saya harus nilainya bagus di Ujian Sekolah, Ujian Nasional, nilai Matematika harus bagus, Bahasa Inggris, Ekonomi yang latar belakangnya nya pelajaran yang tidak aku suka sama sekali membuat pusing di pikiran. setelah saya membaca pidato tersebut saya jadi lebih mengerti. saya memang bodoh, nilai saya tak sebagus teman-teman saya. Namun di usia saya hampir mendekati 20 an, saya berhak memilih jalan hidup saya, jalan hidup yang tidak terpaksa. jalan hidup yang membuat saya menjadi diri saya.

Mungkin diantara anda, ada yang seperti berada dalam tekanan, terutama soal pendidikan? ingat, belajar adalah proses dimana kita menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. belajar bukan hanya soal menghafal rumus Matematika. belajar bukan hanya merangkum Bab-bab PKN,menghafal kurva Ekonomi, menghafal lapisan-lapisan atmosfer. dan Belajar bukan hanya mengejar nilai TERTINGGI demi mendapatkan cap ORANG PINTAR.

Belajar adalah tentang kita mampu menjalani, menikmati hidup ini. menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, menjadi diri sendiri yang bahagia menikmati hidup. Belajar adalah proses hidup itu sendiri, alur hidup. 

Hidup ini akan terlalu singkat ketika kita terlalu memikirkan rencana-rencana ribet dan rumit yang kita susun rapi dan harapkan sempurna tentang hidup ini. Jalani saja, meskipun kenyataanya hidup tak mudah untuk dijalani.

Cari pengalaman yang banyak selama hidup, coba hal-hal yang baru. dan pada akhirnya hidup akan lebih komplit maknanya jika kita menjadi bermanfaat bagi orang banyak.

Saya memang tak sempurna,tapi saya akan berusaha menjadi diri saya sendiri



Senin, 24 Februari 2014

Terawang

Pagi pagi di rumah Bangka

Pagi pagi sudah diujung penantian

Pagi pagi aku pun tak tau harus pilih yang mana

Pagi pagi aku tak bermaksud ingin disanjung

Pagi pagi aku hanya ingin aku

Pagi pagi perasaan ini

Pagi pagi semua orang

Pagi pagi bayangan

Pagi pagi aku minta

Pagi pagi petunjuk-Nya

Pagi pagi ketenangan emosi dan batin

Pagi pagi tanpa pikir berlebih

Pagi pagi perasaan itu

Pagi pagi semakin kuat

Pagi pagi semakin dekat

Pagi pagi menjelang Siang siang

Siang ku daku harapkan sempurna


#SMADA, 24 Feb 2014#

Sabtu, 15 Februari 2014

Gagak Berbulu Putih

" Janji adalah janji. Pikirkan sebelum berjanji "

 
 Suatu kala, di negeri antah berantah, hiduplah sepasang gagak yang saling mengasihi. Berlindung di bawah rindangnya pohon pinus. Gagak jantan yang gagah, raja dari negeri itu. Gagak betina yang gemulai, tengah mengandung buah cinta mereka berdua.

               
Tibalah suatu ketika, ketika Gagak betina tersebut bertelur, hanya sebutir. Kemudian dierami lah telur tersebut hingga menetas. Tak lama kemudian lahirlah ke dunia anak semata wayang kedua pasangan ini.


Hari demi hari, waktu demi waktu kebahagiaan masih menyelimuti keluarga kecil ini, Sang Raja sangat bangga pada anaknya yang digadang-gadang bakal meneruskan tahta kerajaannya. Sang ratu juga tersenyum simpul melihat semangat berkobar dari suaminya yang begitu membanggakan bayi lelakinya itu. “ Anak ini akan menjadi gagak yang gagah melebihi daku “ ucap Sang Raja.


Akan tetapi, satu bulan setelah anak gagak itu lahir, nampak keganjalan terjadi pada anak gagak tersebut. Bulu yang tumbuh di badanya bukan hitam, melainkan putih. Ya aneh, ada seekor Gagak berbulu putih. Berbagai cercaan,hinaan muncul dari gagak-gagak lain di negeri tersebut. Sang Raja nampak sedih bahkan malu dengan anak semata wayangnya itu. Ia tak menutupi kesedihannya,  “ kenapa anakku berbeda dengan burung gagak yang lain?” tanya Sang Raja kepada Langit. Kemudian terutuslah seekor merpati putih menyampaikan sepucuk surat dari Langit. “ Anak ini istimewa, rawatlah dia. Didiklah dia.” Begitu isinya.


Dengan berbesar hati, Sang Raja merawat putranya yang “ cacat ” itu. dengan kasih sayang.


2 tahun kemudian...
Sang gagak putih dengan gagahnya tumbuh menjadi remaja yang penuh wibawa. Ayahnya sangat bangga kepadanya, padahal dahulunya ia khawatir akan masa depan anaknya. Sang anak di didik menjadi pemimpin yang bijaksana dan disiplin, berteguh pada janji. Ia sangat mengharapkan kelak anaknya dapat meneruskan kepemimpinannya menjadi raja.

“ Menjadi seorang raja, janji adalah harga mati “ katanya penuh wibawa pada anaknya.

Tiba pada suatu masa, negeri tersebut mengalami gejolak. Kekeringan melanda negeri tersebut. Perubahan keadaan secara drastis membuat gejolak di negeri tersebut menjadi kuat. Konflik terjadi dimana-mana. Sang Raja tak kuasa melerai keadaan. Ada pula rakyatnya yang meminta agar ia mundur dari jabatanya. Suasana semakin menjadi tak kondusif, akhirnya Sang Raja turun tahta, kemudian ia menyerahkan tahtanya kepada anak semata wayangnya, Gagak berbulu putih itu. 


Sebulan setelah Gagak putih diangkat menjadi raja, suasana kerajaan lambat laun mulai membaik. Dengan kecerdasannya, ia membuat sebuah tanggul untuk mengatur pengairan di kerajaan tersebut. Kerajaan sudah tak kering lagi, banyak rakyat yang senang dengan kepemimpinannya. “ Pemimpin harus sigap, cepat dan tepat menyelesaikan sebuah masalah “ ujar Sang Raja yang kemudian disambut tepuk derai para rakyatnya.



1 tahun kemudian..

Apa pelajaran yang ayahnya berikan padanya, ia terapkan pada kepemimpinannya. Dengan kecerdasan yang ia miliki membuat kerajaan mengalami kemajuan, dan mengalami puncak kejayaan. Kemiskinan sudah berkurang, kejahatan jarang terjadi, negeri tersebut menjadi makmur. Akan tetapi Sang Raja tidak terlena, ia tetap siaga dalam menjalankan kepemimpinannya.

Suatu hari, Raja mengutus para prajurit untuk menambang emas di sebuah bukit. Dengan kecerdasannyalah, ia mengetahui tempat-tempat mana yang mengandung emas, tak banyak gagak yang dapat mengetahui sumber emas tersebut. Sebelum prajurit berangkat menambang emas, Ia mengeluarkan sebuah titah. “ Emas ini untuk keberlangsungan rakyat, Barang siapa yang berani mengambil “ secuil ” emas itu, saya akan membunuhnya”. Semua pihak kerajaan tunduk pada titah raja.

Emas sudah terkumpul, hingga bergunung-gunung, akan tetapi muncul rencana dari ayah Sang Raja, ia sangat menginginkan emas tersebut yang sangat menggoda. Ia pun ingat dengan titah anaknya. Ia sempat berpikir “ Dia anakku, mana mungkin ia tega membunuhku jika aku ambil secuil emas itu “. Kemudian ia mengendap-endap mengambil emas tersebut, akan tetapi seorang pengawal mengetahui perbuatan Ayah Raja, dan melaporkannya kepada Sang Raja.


Dengan terkejut Sang Raja mengetahui apa yang ayahnya lakukan. Ia kemudian menemui ayahnya dan meminta kebenaran atas peristiwa tersebut. Sang Ayah yang awalnya menampik, kemudian mengakui bahwa ia telah mencuri emas. Tetesan air mata menetes dari mata Sang Raja. “ Maafkan Ayah, Baginda. Ayah khilaf, Ayah hanya tergoda “. Keheningan menyelimuti kejadian itu, kemudian muncul sepatah kata dari Sang Raja, sebuah titah. “ Besok pagi hari, kumpulkan rakyatku di istana “. Kemudian Sang Raja pergi. “ Apakah kau mau mengampuniku Baginda? “ Teriak Sang Ayah. Sang Raja berhenti dan berbalik “ Iya “. Ucap Sang Raja.


Tibalah suatu pagi, rakyat telah berkumpul di depan istana dan masih bertanya-tanya apa maksud mereka dikumpulkan. Sang Raja muncul dan menyampaikan sesuatu. “ Aku hanya mengabdi untuk rakyatku “. Hening, ragu, entah. Keluarga kerajaan yang berada di samping Sang Raja tak mengetahui apa yang beliau pikirkan. Akan tetapi, dengan cepat Sang Raja mengambil sebuah pedang dari salah seorang prajurit, kemudian ia tebaskan ke leher Ayahnya. “ Brekkk.. “ tubuh Sang Ayah tergeletak dengan kepala terpisah. Seluruh gagak terkejut melihatnya, Air mata deras mengalir di mata Sang Raja. Ibu Sang Raja berkata “ Apa yang kamu lakukan, kamu membunuh ayahmu.!!! “. “ Janji ialah janji “ ucap Sang Raja.


Pengorbanan yang besar. Sang Ayah yang dengan telaten menanamkan sikap kepemimpinan kepada anaknya, mendidiknya, mengajarinya, mengasihinya dengan kasih sayang tulus, menerima apa adanya “ cacat “ anaknya terbayar dengan tebasan pedang oleh Sang Anak. Hidup memang tak adil,  akan tetapi janji ialah janji.


Senin, 27 Januari 2014

Kelabu Senja

Kelabu Senja
Hujan rintik, angin sepoi melambai
Aroma khas tanah, setoples biskuit cokelat
Duduk termenung di depan buku dan pena
Pikiran melayang, bernostalgia
Alunan instrumen piano, semakin menambah rasa


Hujan membawa kenangan
Membawa pesan gambar   
Gambar-gambar peristiwa terdahulu
Dahulu saat semua masih menyenangkan
Kesenangan itu sekarang sudah pudar
Pudar diterpa hujan

Secangkir cokelat panas, manisnya membumbui lamunan, kombinasi sempurna

Mengingat semua
Tersenyum-senyum sendiri
Girang-kegirangan

Kadang malah menusuk hati

Dan....

Adzan maghrib menghentikan nostalgia itu
Waktunya untuk menghadap-Nya
dalam
.
.
Kelabu Senja 



20082013
-Tanah Pengharapan-