Refleksi Diri

Yap saya kembali lagi untuk melukis kata-kata di blog saya. Kali ini bukan tentang badminton, bukan tentang negara, buka tentang famous. Tapi.. .Edisi curhat.....

Setelah waktu cukup lama berjalan yang tau-tau sudah mau mikir kuliah. Ya ini saatnya diriku untuk menentukan jalan hidup untuk mendapatkan hidup yang benar-benar hidup(red:sukses,mapan).  17 tahun waktu yang cukup lama. Pencarian identitas, zona nyaman, bidang keahlian, minat dan bakat, pencarian “cinta” juga tidak pernah lepas dalam fase ini. Sangat cepat? Ya amat sangat cepat, secepat smash Liem Swie King.

Sudah kelas 3 SMA nih, bentar lagi jadi anak kuliahan yang nongkrongnya di kampus mulu. Sudah mau berganti “peran”. Akan tetapi diriku belum mendapat bekal untuk terjun ke dunia selanjutnya. Jika melihat situasi kondisi saat ini, banyak teman-teman (khususnya anak IPS 1) yang sudah menemukan “bidang” nya masing-masing, sehingga mudah untuk menekuninya dan sukses dibidangnya. Iri? Ya, saya sangat iri. Saya sangat kekanak-kanakan dalam mengatur hidup saya, apalagi mengatur dan menentukan masa depan saya. Tapi itu saya lakukan sebentar lagi. Dalam hitungan bulan pastinya. Sangat cepat. Rasanya saya sangat ingin untuk memutar kembali waktu.

Rasa was-was dan rasa takut terus menyelimuti pikiran saya karena apabila salah melangkah akam menyesal seumur hidup. Saya masih ingat dengan quote saya sendiri “Masa yang paling enak itu masa kecil, karena tidak perlu memikirkan masa depan, tidak perlu memikirkan cinta, dan tidak perlu memikirkan gengsi”. Tapi kehidupan harus tetap berjalan. Usiapun tak bisa dipungkiri.

Quote lawaspun sempat meyakinkan saya “Jalan hidup sudah Allah yang ngatur, jadi gak perlu khawatir”. Tapi....kalau tidak mau berusaha apa artinya. Ini bakal menjadi masa tergalau saya seumur hidup. Penuh menguras emosi,pikiran yang masih abu-abu.

Setelah saya sharing dengan ayah saya yang lebih berpengalaman, beliau berkata : “wes to rasah khawatir, sing penting sing enek ning ngarepmu wi adhepono dhisik. Ngko lak sing ngarepmu wes beres, sing mburi-mburi lak penak dalane”. Yang intinya Jangan terlalu banyak mengharap sesuatu dulu, yang penting jalani “proses” yang ada didepan kita dulu (jangka pendek). Oke saya sedikit lega.

Beliau juga membebaskan saya untuk menjadi “saya”. Memilih jurusan apasaja yang penting saya nyaman. Siang itu sudah agak legaan, tapi pas tengah malam, kebiasaan saya untuk mengkhayal dan melamun membuat rasa was-was itu datang dan nemplok di otak saya. Saya memikirkan saya kerja apa nanti, gaji saya berapa, apakah saya bahagia bla..bla..bla.. yang gak akan habisnya ila dijabarkan dalam tulisan (kesel).  Tapi saya ingat kata ayah saya lagi untuk menyelesaikan “proses” itu satu per satu mulai yang paling dekat. Kembali tenang, kemudian saat itu pula saya mengambil laptop dan menuangkan hal ini dalam tulisan. Supaya ketika beberapa tahun saya benar-benar sukses *amin Ya Allah saya tidak lupa bahwa saya pernah galau akan masa depan saya, ya seperti saat ini.