Jam tujuh belum genap, embun pagi enggan beranjak
dari tempat peristirahatannya
Ranting-ranting pohon bergoyang, diterpa semilir
Menggugurkan dedaunan yang tak berdosa, hempas
Ku pandangi sekitar, hanya nampak beberapa orang
berlalu lalang
Tapak sepatu berbunyi senada beriringan, membawa pesan-pesan
batin yang tak terukur
Ku lihat, paras pemimpi-pemimpi gagah dan tangguh
terpancar
Ku sempatkan memutar rekaman, hanya beberapa bulan
sebelum saat ini
Dan kuresapi, tiap-tiap detik. Aku bermimpi
Aku pernah bermimpi, atau mungkin masih bermimpi
Atau, jejakku masih belum berpijak di bumi
Pada angin, ingin ku sampaikan
Aku benar-benar bangga
Padamu pula
aku sampaikan, untuk setia menjaga hati rapuhku ini
Untuk tetap setia menjaga asa, menjaga dari sayatan-sayatan
belati kehidupan
Aku hanya seonggok tulang-belulang
Tanpa mu aku maya
Padamu, angin-angin bersahaja, temani daku meraih
cita
(1 September 2014, Aku
bangga menjadi bagian pejuang mimpi-mimpi besar di Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.)